Aku Ingin Menjadi Pendidik, Aku Pasti Bisa ...
Tepat tanggal
29 Mei yang lalu, saya secara resmi di wisuda di SMK Negeri 1 Slawi. Kebetulan saya
menjadi salah satu siswa yang beruntung mendapatkan kesempatan untuk mengambil
beasiswa Bidik Misi jalur undangan yang diperuntukkan kepada siswa kurang mampu
dengan nilai akademis memadai. Namun sayang, dalam tahap ini saya belum bisa
masuk dikarenakan kesalahan memilih jurusan. Karena saya adalah lulusan dari
jurusan Akuntansi, maka mau tidak mau saya harus mengambil jurusan Akuntansi. Tetapi
dikarenakan saya mengambil jurusan Bahasa Inggris, akhirnya saya tidak lolos
seleksi.
Selang beberapa
waktu, saya memutuskan untuk mengikuti program Beasiswa jalur tertulis. Dengan uang tabungan selama
tiga tahun di SMK, saya berusaha untuk menggunakannya sebaik mungkin. Dengan penuh
harapan saya berangkat ke Semarang untuk mengikuti tes tersebut.
Entah sudah
berapa kali saya mengecewakan orangtua. Mungkin orangtua saya tidak merasa
dikecewakan, tapi saya benar-benar ingin membuat mereka senang. Membuat mereka
bangga memiliki anak seperti saya. Tapi ternyata untuk kedua kalinya saya tidak
di lolos dalam seleksi tersebut.
Sebenarnya masih
ada satu jalur lagi untuk mengikuti ujian masuk di universitas-universitas, yaitu
melalui jalur mandiri. Saya bingung. Sungguh, saya ingin melanjutkan sekolah. Melanjutkan
cita-cita di masa kecil saya, yaitu menjadi seorang guru. Tapi keluarga saya
bukanlah keluarga dengan kondisi keuangan yang memadai. Uang yang saya miliki
hanya 200 ribu, sedangkan biaya pendaftarannya sendiri 200 ribu. Itu tidak mungkin,
benar-benar tidak mungkin. Bagaimana saya berangkat ke Semarang? Saya tidak
ingin merepotkan orangtua, karena saya tahu persis bagaimana kondisi keuangan
keluarga saya.
Entah ini
karena kesalahan siapa, tapi saat saya mencoba mencari-cari informasi beasiswa,
semuanya sudah tutup. Pada saat itu, saya urungkan semua keinginan saya untuk
melanjutkan sekolah. Mau tidak mau saya harus bekerja terlebih dahulu agar bisa
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Begitu saya
cari-cari pekerjaan yang sekiranya bisa membantu saya mengumpulkan uang untuk
kuliah, hampir semua persyaratan kerja tersebut harus dari lulusan S1, D3, D1. Lalu
bagaimana ini? kalau dilogika, semuanya benar-benar rumit. Saya ingin sekolah
tapi tidak punya biaya, jadi saya putuskan untuk bekerja. Tapi saat saya mencari
bekerja, syaratnya adalah lulusan S1, D3, D1 dan yang lainnya yang mengharuskan
seseorang menyenyam pendidikan lebih tinggi dari pada setingkat SLTA. Ini yang
membuat saya bingung.
Saya tidak
menyerah. Biar hal ini terasa begitu berat, biarpun sangat kecil kemungkinan
saya untuk melanjutkan kuliah demi mencapai cita-cita saya menjadi seorang
guru, saya akan tetap berusaha. Dan beberapa waktu yang lalu saya melihat
sebuah informasi tentang beasiswa di luar negeri, tepatnya di Malaysia. Terkadang
saya merasa pesimis, “Saya dua kali tidak lolos dalam seleksi penerimaan mahasiswa
di dalam negeri, apa mungkin saya mendapatkan beasiswa di luar negeri?”
Bagaimana pun
juga, saya selalu ingat perkataan Ibu saya, perkataan Ibu saya ketika saya
gagal dalam dua tahap seleksi penerimaan mahasiswa di universitas negeri. Ibuku
bilang begini, “Kalau mau hidup enak, harus usaha. Kalau mau jadi orang sukses,
jangan putus asa.”
Saya pegang
kata-kata itu. Hingga detik ini, biar pun saya belum beruntung untuk dapat
melanjutkan sekolah, tapi saya selalu yakin suatu saat saya akan bisa memperoleh
keberhasilan dengan usaha dan do’a.
Keinginan yang
besar terkadang membangkitkan diri kita dari keterpurukan. Begitu juga yang
terjadi pada saya. Saat saya merasa lelah dan putus asa, saya akan langsung
bangkit begitu melihat peluh dari setiap usaha orangtua saya demi menghidupi
keluarga.
Bagi saya,
merekalah sosok yang selalu membangunkan saya dari setiap rasa lelah dan putus
asa. Mereka yang mengajarkan saya untuk selalu berusaha mengejar mimpi yang
terkadang terasa begitu jauh. Mereka begitu tangguh, mereka begitu kuat, dan
saya ingin seperti mereka. Dengan begitu, walau pun saya tidak bisa menjadi
seorang guru yang mengajar di sekolah, saya masih bisa mengajarkan kepada
sesama tentang sebuah usaha demi mencapai keberhasilan. Mengajarkan kepada
semuanya bahwa sebuah pelajaran yang berharga itu tidak hanya diperoleh dari
keberhasilan, tetapi juga dari kegagalan.
0 comments:
Silakan tinggalkan komentar. Boleh kritik, saran atau apapun.. Jangan lupa untuk selalu menggunakan kata-kata yang santun. Terima kasih.