Kampung Edukasi Watu Lumbung

8:53 PM nmhana 1 Comments

Sumber : http://panduanwisata.id

Bermula dari perjalanan kami ke Grojogan Lepo di daerah Dlingo, Bantul. Di luar ekspektasi, air terjun yang biasanya berair deras dan berwarna biru tosca saat itu sedang surut dan airnya agak keruh. Mungkin karena cuaca memang sedang agak kering walaupun sudah masuk akhir Oktober. Rencana untuk berenang atau sekedar bermain air pun kami urungkan.

Kemudian teman saya teringat satu hal. Ia penasaran sekali dengann  salah satu kuliner khas bernama sego degan. Sego degan itu sendiri artinya adalah nasi degan (kelapa). Jadi nasi tersebut dimasak dengan menggunakan air kelapa, dan ditanak di dalam buah kelapa utuh. Di atasnya diberi tambahan telur. Lalu nasi dikukus atau dapat juga dipanggang sampai matang.

Karena sangat penasaran dengan makanan tersebut, akhirnya teman saya yang satu itu mencoba mencari referensi. Sampai muncullah satu tempat yang disebut Watu Lumbung. Tak mau menunggu lama, akhirnya kami langsung memutuskan untuk pergi ke lokasi.

Melewati jalan Parangtritis, setelah tiba di Jembatan Kretek ambil belokan ke kiri. Sekitar 500 meter kemudian belok kiri lag. Di sini jalan mula menanjak. Dan tanjakannya lumayan curam juga. Kemiringan mungkin lebih dari 90 derajat. Tapi untungnya akses jalan di situ lumayan bagus. Tak banyak jalan berlubang.

Awalnya kami dibuat bingung dengan suasana yang begitu sunyi. Jauh dari pemukiman penduduk. Padahal tempat tersebut berlabel "kampung", tapi mana penduduknya? Mana rumah-rumahnya?

Ketika jalan makin menanjak, mulai nampak deretan gubug-gubug kayu yang nampaknya masih dalam proses pembangunan. Namun suasananya tak jauh beda, masih tetap sepi. Bahkan kami sempat melihat ada deretan bangunan serupa, namun lebih tertutup dengan atap dan pintunya pula. Ternyata itu adalah sebuah home stay, ada tulisannya pada papan kayu.

Karena tak menjumpai satu orang pun, kami sempat ragu, apakah akan melanjutkan perjalanan atau kembali turun. Tapi penasaran juga rasanya. Sudah jauh-jauh datang tapi langsung pulang?

Pada 500 meter berikutnya kami menemui sebuah bangunan yang juga terbuat dari kayu, mirip seperti bangunan-bangunan yang kami jumpai sebelumnya. Hanya saja tempat ini nampak lebih menonjol. 

Dan benar saja. Sesaat kemudian kami berjumpa dengan seorang pria paruh baya yang biasa dipanggil Mbah Boy. Rupanya beliau adalah salah satu atau bisa dibilang tokoh utama dalam terbentuknya Kampung Edukasi Watu Lumbung.

Kami disambut dengan sangat ramah, walaupun beberapa saat sebelum Mbah Boy tiba kami sudah disambut oleh seekor anjing pemburu berwarna hitam yang (kalau tidak salah) bernama Selby. Rupanya Selby memang selalu bersikap seperti itu terhadap orang yang baru dilihatnya. Wajar saja. Namanya juga anjing penjaga.

Bersama Mbah Boy. Fotonya gelap. Waktu itu hari sudah malam. Setelah hujan reda, bersiap pulang

Kami berbincang-bincang tentang banyak hal. Tentang lingkungan, tentang budaya, tentang pendidikan, sampai tentang logistik dan pangan. Mbah Boy menjelaskan, bahwa untuk konsep Kampung Edukasi itu sendiri adalah untuk mendorong timbulnya kreativitas masyarakat, serta untuk dapat mengkomunikasikan kepada masyarakat tentang pengetahuan yang ada di alam. Misalnya tentang bagaimana kita mendayagunakan apa yang ada di alam, dan tentang bagaimana kita memberikan timbal balik kepada alam.



"Kampung Edukasi Watu Lumbung bukanlah sebuah tempat wisata," begitu tutur Mbah Boy.

Baginya, Kampung Edukasi Watu Lumbung memang tidak diperuntukkan bagi mereka yang ingin berwisata. Tetapi kampung ini bisa menjadi tempat atau wadah bagi semua insan yang datang dengan membawa pengetahuan, kreativitas dan maksud atau tujuan yang mampu memberikan manfaat. 

"Apa yang membawa kalian kemari?" kurang lebih begitu pertanyaan dari Mbah Boy.

"Jadi sebenarnya kami penasaran dengan sego degan." dijawab dengan polosnya.

"Di sini kami tidak menjual sego degan. Sego degan hanya disajikan sebagai bentuk apresiasi bagi mereka yang datang dengan satu tujuan mulia."

Ya, nampaknya kami harus sedikit berlapang dada, karena memang sego degan tidak diperjual-belikan di sini. Jadi apabila teman-teman ingin menikmati sego degan, teman-teman bisa datang dengan membawa minimal tiga buku bacaan yang bisa disumbangkan. Kebetulan di Watu Lumbung ini juga terdapat sebuah taman baca yang buku-bukunya pun diperoleh dari para pengunjung. Tapi dengan satu syarat. Buku yang disumbang haruslah buku yang sudah dibaca. Nantinya kita juga akan dimintai untuk membuat resensi buku tersebut. Jadi jangan coba-coba membawa buku bersegel yang sengaja kita beli untuk menukarnya dengan sego degan. 

Tapi jangan khawatir. Kalau teman-teman merasa lapar dan ingin makan sesuatu, teman-teman bisa mendapatkannya di sini. Tapi jangan harap kalau teman-teman bisa memesan makanan kemudian menunggunya disajikan. Segala sesuatu butuh usaha, broh!

Salah satu sudut di Kampung Edukasi Watu Lumbung

Jadi ketika ada tamu yang ingin makan sesuatu, mereka dibebaskan untuk untuk memasak apa yang mereka inginkan. Di situ sudah tersedia berbagai jenis sayur-sayuran, beraneka bumbu dapur pun tersedia. Peralatan memasak? Jangan ditanya. Semua lengkap. Tapi kita harus siap berhadapan dengan kompor tungku yang selalu butuh perhatian khusus.

Membuat api di dalam tungku agar tetap menyala itu susah. Sama susahnya dengan menyalakan api pertama kali. Ternyata ada teori dan harus pakai perasaan. Tapi berkat arahan dan bantuan Mbah Boy, api pun berhasil menyala dan kami siap memasak.


Sudah disediakan beragam bumbu yang siap dimasak

Bahan makanan dan perlengkapan juga lengkap

Susahnya membuat api di tungku

Jadi menu makan sore hari itu adalah lalap daun singkong, daun ketela dan daun kenikir. Pasangannya adalah sambal bawang. Menu kedua ada telur dadar. Dan menu ketiga ada tempe orek dengan resep khas dari Mbah Boy. Walaupun harus bercucuran keringat dan air mata (efek asap dari tungku) tapi benar-benar menyenangkan sekali ketika kita bisa menikmati hidangan yang bersumber dari lingkungan sekitar. Ini adalah poin penting yang harus diedukasikan oleh masyarakat. Tentang bagaimana mendayagunakan alam dan lingkungan.

Makanan siap disantap

Kami menikmati makan sore di halaman rumah Mbah Boy. Kata Mbah Boy senja di situ bagus. Tapi sayang karena saat itu cuaca sedang mendung. Jadi sore hari terasa lebih dingin dengan anginnya yang lumayan kencang. Mungkin lain waktu kami harus datang kembali. Saat cuaca cerah pastinya.

Oh ya, walaupun pengerjaan Kampung Edukasi Watu Lumbung ini baru 40%, tapi kita tetap bisa memanfaatkan tempat ini untuk beragam kegiatan. Tempat ini tidak disewakan, tapi apabila teman-teman memiliki satu acara atau project yang bermanfaat, teman-teman bisa langsung menghubungi Mbah Boy. Dijamin kalian akan bisa melakukan banyak aktivitas bermanfaat di tempat ini.

Salah satu perpustakaan yang ada di Kampung Edukasi Watu Lumbung

Lalu bagaimana dengan cost saat berkunjung, makan dan menggunakan fasilitas di tempat ini?

Tenang. Pengunjung tidak dipatok biaya. Semuanya bersifat sukarela. Asalkan bisa memberi manfaat.

Jadi, apa masih ragu untuk datang ke tempat ini? Percayalah. Semua pengalaman yang akan teman-teman peroleh bisa menjadi satu bekal bagi diri sendiri dan mungkin bagi banyak orang. Hanya apabila kita mampu mengambil setiap hikmah dan pelajaran di dalamnya.

Untuk profile lengkapnya bisa coba klik video di bawah ini


1 comments:

Silakan tinggalkan komentar. Boleh kritik, saran atau apapun.. Jangan lupa untuk selalu menggunakan kata-kata yang santun. Terima kasih.

Pesona Gunung Lawu via Candi Cetho

1:06 PM nmhana 0 Comments


Sudah membaca ulasan tentang perjalanan saya waktu ke Candi Cetho beberapa waktu silam? Kali ini perjalanan saya tidak hanya berhenti di Candi Cetho. Tapi kita akan lanjutkan lebih ke atas lagi. Ke Candi Ketek? Tidak hanya sampai di situ. Kita akan terus ke atas, ke atas dan ke atas sampai ke puncak!!!


Puncak? Apa ini serius? Ya, ini serius. Dan ini benar-benar menjadi perjalan yang luar biasa berkesan. Ingin tahu cerita lengkapnya? Mari kita simak kisah suka duka (meski lebih banyak dukanya ketimbang sukanya).

Ini dimulai ketika salah seorang teman saya, sebut saja dia Si Koboi Lajang, merencanakan perjalanan ke timur. Meskipun rencana awal sempat berpikir untuk pergi Gunung Merbabu, namun meeting point di Magelang sedikit membuat saya keberatan. Karena nyali saya tidak cukup tangguh untuk mengendarai motor sampai ke sana. Jadi tujuah sudah diputuskan. Kita akan ke Lawu via Candi Cetho.



Rupanya tidak hanya Si Koboi Lajang. Ada juga dua teman saya yang lain. Sebut saja Mr. J dan Mr. Sam. Sejujurnya, saat akan memulai perjalanan kondisi fisik saya sedang kurang fit. Tapi tidak mungkin sekali kalau saya membatalkan diri untuk tidak ikut. Jadi dengan sedkit rasa nekad kami berangkat pada hari sabtu pagi (19-08-2017).

Perjalanan dimula dari Jogja jam 06.00, dan kami tiba di basecamp Candi Cetho jam 09.30. Setelah istirahat beberapa saat, kami langsung melakukan registrasi pendakian. Pukul 10.30 kami langsung start dari basecamp lalu berangkat. 

Ini adalah kali pertama bagi saya berjalan tanpa membawa beban di punggung. Tapi beban saya berpindah ke pundak kanan karena membawa tas selempang. But it's ok. Mengingat rute yang lumayan terjal membuat saya sulit membayangkan, apa jadinya kalau saya membawa carrier sendiri.



Perjalanan dari basecamp ke pos 1 memakan waktu sekitar 45 menit dengan trek yang masih agak landai walaupun di beberapa sisi kami menemui tanjakan yang cukup terjal. Di pos 1 kita menemui sebuah gubuk kecil yang bisa menjadi tempat berteduh. Di dalamnya juga terdapat mata air mengalir dalam paralon yang terbuka.


Dari Pos 1 menuju pos 2 kita akan melihat pos bayangan, atau saya lebih suka menyebutnya pos 1 1/2. Lebih banyak jalur landai di sini, jadi bisa sedikit menghemat tenaga. Waktu tempuh dari pos 1 menuju pos 2 sekitar 50 menit. Istirahat hanya sebentar dan kami kembali melanjutkan perjalanan mengingat hari mulai siang. Kami menargetkan untuk bisa tiba di pos 5 sebelum maghrib.



Trek menuju pos 3 semakin menanjak, dan saya semakin kualahan. Padahal tidak berat beban yang saya bawa. Mungkin ini karena kondisi tubuh yang sudah lumayan lama dimanja dengan duduk berlama-lama di kursi, kurang olahraga dan makan yang kurang teratur. Saya menyesal karena tidak mempersiapkan perjalanan kali ini dengan baik. Tapi bisa juga ini terjdi karena kondisi fisik yang memang sedang kurang sehat. Ya, ada banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi.


Di antara perjalanan menuju setiap pos, trek menuju pos 4 adalah yang paling kejam menurut saya. Bagaimana tidak? Di sini jalannya selalu menanjak. Dan hampir tenaga saya habis. Bahkan setiap sepuluh langkah saya meminta istirahat. Nafas saya engap, seperti mau putus. Entahlah, seperti sudah hilang kesadaran dan entah akan bisa melanjutkan atau tidak.


Untungnya kakak-kakak baik hati itu tidak henti membuat gurauan-gurauan yang membuat saya tidak bisa menahan tawa meski dengan kepala yang berdenyut-denyut. Begitu tiba di pos 4 saya meminta untuk istirahat lebih lama. 

Kabut yang lumayan tebal sempat menyelimuti, sampai mengundang titik-titik air yang awalnya saya kira gerimis. Ternyata itu air dari kabut yang terasa sangat segar. Ya, sedkit menyegarkan pikiran.

Perjalanan dari pos 4 menuju pos 5 adalah trek yang menryenangkan dengan pemandangan indah dan udara yang segar. Tidak hanya itu. Sinar matahari sore juga bisa sedikit mengusir rasa dingin yang dirasakan sepanjang perjalanan. Ada satu sabana kesacil dan satu sabana besar. Indah sekali, ditambah dengan cuaca cerah dan angin yang berhembus pelan.





Sampai akhirnya kami pun tiba di pos 5. Sudah ada dua tenda yang berdiri. Masih ada tempat yang cukup luas. Sangat luas bahkan. Di pos 5 ini sabana besar terbentang seperti karpet berbulu yang lembut. Hari mulai gelap, dan setelah tenda berdiri kami mulai bersiap untuk memasak. Sayangnya, kondisi badan yang kurang sehat membuat saya hanya bisa meringkuk di dalam tenda. Angan-angan ingin memasak sayur sop pun musnah. Kini giliran para kakak yang membuatkan makan malam buat saya. Maaf sekali, hehehe...

Sebelum tidur kami sempat membuat api unggun dan berbincang dengan pendaki lain. Rencana untuk melihat bintang hilang sudah karena udara yang sangat dingin. Bahkan di dalam tenda kami dapat mendengar suara angin bergemuruh seperti pesawat hendak lepas landas. Dan malam itu, dingin jadi sahabat yang setia, tak mau pergi. Bahkan menyelip lewat celah-celah mana saja.

Dan ini adalah kali pertama bagi saya bisa tidur dengan sangat pulas. Percayakah kalau saya sampai bermimpi? Itu benar-benar terjadi, walau saya lupa apa yang ada dalam mimpi. Tapi setidaknya saya bisa mengobati rasa kantuk setelah sehari sebelumnya saya sangat kurang tidur.

Jam 6 pagi, setelah meneguk segelas teh panas kami langsung melakukan summit. Lagi-lagi kondisi tubuh saya bermasalah. Mountain sickness, atau para kakak menyebutnya mabok gunung. Perut mual dan nafas engap. Selalu seperti itu. Membuat perjalanan menuju Warung Mbok Yem terasa penuh sensasi. Tapi begitu tiba di sana terbayar sudah rasa lelah. Gorengan, teh panas dan nasi pecel. Maka nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?






Tapi rupanya tantangan tidak berhenti sampai di situ. Karena begitu melihat puncak yang sesungguhnya saya cuma bisa menelan ludah. Benarkah di atas sana? Dalam batin saya ingin menjerit dan berlari pulang ke rumah. Tapi itu hanya ada dalam benak. Dan satu-satunya hal yang harus saya jalani adalah terus berjalan. Meski lagi dan lagi saya harus berhenti untuk istirahat.




Setelah perjalanan yang membuat hati menangis, akhirnya tiba juga di puncak. Tugu di ketinggian 3.265 mdpl menyambut dengan bendera merah-putih berkibar di ujungnya. Siapa yang menyangka kalau saya akan bisa berada di tempat setinggi itu? Melihat ke bawah, ternyata memang tinggi.

Tak lama berada di puncak, lalu kami memutuskan untuk kembali turun. Perjalan turun tak seberat perjalanan saat naik. Tapi tetap saja, lutut selalu jadi sasaran rasa sakit saat turun  gunung. Tapi dengan bantuan sebuah tongkat kayu (ajaib) bisa sedikit mengurangi beban di lutut.

Kembali tiba di pos 5, Si Kowboy Lajang dan Mr. J membongkar tenda dan beres-beres. Sementara saya dan Mr. Sam membuat camilan. Mie goreng, tempe goreng dan sambal kecap. Mantap sekali.

Tepat jam 12.30 kami langsung bergegas turn. Kembali menyusuri trek yang kami lalui ketika berangkat. Tapi perjalanan turun lebih cepat. Nafas saya tidak engap lagi walaupun ada nyeri-nyeri di lutut.

Sayangnya Si Kowboy Lajang sempat cidera lututnya. Tapi berungtung tidak lama kemudian kondisinya sudah membaik. 


Dalam perjalanan turun kami sempat beristirahat di bawah pos 3. Di situ ada mata air yang mengalir deras dan sangat menyegarkan. Bahkan airnya bisa langsung diminum karena sangat jernih. Membuat kopi dan membasuh tangan, mencuci muka. Sangat menyegarkan. Lumayan lama kami beristirahat di sini. Dan setelahnya kami kembali melanjutkan perjalanan karena hari sudah mulai sore.

Tiba di basecamp, kami berencana untuk mengambil foto di gerbang candi cetho. Sayang, waktu itu pintu pagar sudah ditutup. Jadi kami hanya bisa berpose di depan pagar pintu masuk.





Usai maghrib kami langsung pulang, melanjutkan perjalanan menuju Jogja. And that's all.

Kalau ditanya bagaimana kesannya, tentu saja luar biasa. Bagaimana tidak? Setelah setahun lebih tidak pernah beraktivitas fisik macam itu, tiba-tiba langsung dihadapkan dengan medan yang (katanya) landai. Katanya. Padahal.... -_-

0 comments:

Silakan tinggalkan komentar. Boleh kritik, saran atau apapun.. Jangan lupa untuk selalu menggunakan kata-kata yang santun. Terima kasih.

Emansipasi Wanita dan Kemandirian

1:23 PM nmhana 0 Comments

Hasil gambar untuk kartini

Walaupun (sangat) terlambat, tapi saya pribadi ingin mengucapkan selamat hari kartini untuk para kartini Indonesia. Para kartini masa kini, wanita-wanita luar biasa yang masih terus berperan aktif menjadi bagian dalam pembangunan negeri. 

Kalau saya masih duduk di bangku sekolah, pasti hari Jum'at (21/4) lalu akan menjadi perayaan yang meriah dengan para siswi berseragam kebaya. Ditambah dengan lomba-lomba seperti paduan suara, menulis surat, puisi atau berpidato. Rasanya rindu juga dengan masa-masa itu.

Sosok Kartini kita kenal sebagai seorang pahlawan wanita yang memperjuangkan hak-hak para wanita. Kita ketahui bersama, dari kisah-kisah sejarah masa lampau, bahwa dulu wanita tak berhak memperoleh pendidikan sebagaimana kaum laki-laki. Hal tersebut menggerakkan hati Kartini muda. Baginya, wanita juga berhak menentukan arah kehidupannya. Memperoleh pendidkan. Karena keberadaan sosok wanita bukanlah hanya untuk diperistri dan mengurus rumah tangga.

Beberapa orang menyebut bahwa emansipasi itu adalah kesetaraan. Ya, memang demikian. Emansipasi wanita adalah penyamaan derajat antara pria dan wanita. Wanita berhak memperoleh hak-hak sebagaimana para pria. Namun emansipasi tak berarti bahwa perempuan harus mampu melakukan semua tugas laki-laki. 

Memang ada banyak wanita yang kini telah mampu melakukan tugas-tugas yang wajarnya dikerjakan oleh laki-laki. Seperti polisi, pilot, sopir bus, drummer, binaragawati, tukang ojek, bahkan kuli panggul. Hal tersebut tak berarti bahwa wanita harus mampu mengerjakan semua hal. Karena inti dari emansipasi (menurut saya pribadi) adalah bahwa seorang wanita harus mampu mandiri. Mandiri dalam berpikir, dalam menghidupi penghidupan dan dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya.

Tapi ingat. Mandiri bukan berarti tidak membutuhkan orang lain. Mandiri itu berarti tidak selalu bergantung pada orang lain, dan tidak melepas tanggungjawab.

Menanamkan sikap bertanggungjawab akan menumbuhkan sikap mandiri. Melatih diri untuk mampu menyelesaikan permasalahan. Itulah alasan mengapa pendidikan menjadi hal yang penting. Agar setiap wanita mampu berperan dan berkontribusi untuk membangun negeri.

Walaupun peran wanita dalam membangun negeri tak selalu dengan menyumbangkan pemikiran-pemikiran brilian, tapi setidaknya dengan ilmu yang cukup para kaum wanita akan mampu mencetak generasi penopang kemajuan bangsa.

Dalam agama sendiri dikatakan bahwa wanita adalah sosok yang istimewa dan dijunjung tinggi derajatnya. Walaupun kadang kita sering salah dalam mengartikan sesuatu yang sudah terlanjur membudaya. Bahwa ketika seorang pria telah menikahi wanita, maka pria tersebut bertanggungjawab terhadap tiga hal. Yaitu sandang, papan dan pangan. Semua itu kadang diartikan terbalik.

Kata seorang ustad, dalam tausiyahnya, beliau menyampaikan bahwa ketika seorang suami bertanggung jawab terhadap sandang, papan dan pangan itu berarti seorang suami seharusnya mampu menyiapkan sandang (pakaian) dalam artian mencuci, menjemur, menyetrika, sampai pakaian siap dikenakan. Menyediakan tempat tinggal dan bertanggungjawab terhadap kebersihannya. Menyiapkan makanan, berbelanja memasak sampai masakan siap disantap. Itu semestinya. Dan kehadiran sosok wanita (istri) sebagai pendampingnya bukanlah sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus mengurus ini itu. Kehadiran seorang wanita pendampingnya adalah untuk membantu, meringankan tugas-tugas yang seharusnya menjadi tanggungjawab sanga suami. 

Itu dia mengapa emansipasi wanita menjadi hal yang penting. Karena dengan adanya emansipasi, wanita akan mampu menjadi sosok yang mandiri. Mampu melaksanakan tanggungjawab, mampu meringankan beban orang lain, dan mampu menjadi titik awal lahirnya generasi berprestasi.

0 comments:

Silakan tinggalkan komentar. Boleh kritik, saran atau apapun.. Jangan lupa untuk selalu menggunakan kata-kata yang santun. Terima kasih.

FAST AND FURIOUS 8

12:22 PM nmhana 0 Comments


Hasil gambar untuk fast & furious 8

FAST AND FURIOUS 8, siapa yang tahu film ini? Mungkin hampir sebagian besar orang di dunia ini tahu tentang film balapan yang keren tersebut. Walaupun kenyataannya bapak dan ibuku tidak tahu tentang film ini. Kalaupun melihat film tersebut komentarnya hanya, "numpak mobil koh banter-banter" */ "naik mobil ko kencang-kencang."

Setelah para penggemar film balapan ini dimanjakan dengan suguhan race seru dari seri pertama sampai ke tujuh, kini di pertengahan April 2017 kita disuguhi kembali dengan serial ke delapan yang benar-benar lebih seru dari serial sebelumnya. Walaupun di serial ke tujuh ada beberapa bagian yang menggugah sisi emosional, tapi di seri ke delapan ini juga lebih banyak mengangkat tentang sisi kehidupan di sela-sela adu kecepatan yang menegangkan.


Semua dimulai dari Dominic Toretto dan Letty yang sedang berbulan madu di luar negeri. Mendadak terjadi kekacauan yang melibatkan orang lokal. Dan semua permasalahan selalu ditentukan pemenangnya dengan balapan.

"Bukan tentang apa mobilnya, tapi tentang siapa yang mengendarainya," Dom berhasil membuktikan kemampuannya berbalapan. Mobil butut milik kerabatnya berhasil dia sulap menjadi mobil super kencang. Mengalahkan mobil tercepat yang ada.

Di tengah-tengah bulan madu Dom dan Letty, tiba-tiba Chiper hadir dan merusak segalanya. Ia berhasil mengintimidasi Dom untuk bekerja untuknya. Hal tersebut mengacaukan kehidupan rumah tangga Dom dan Letty. Tiba-tiba Dom menghilang dan kembali sebagai sosok yang berbeda.

Di bawah perintah Chiper, Dom berhasil mencuri program mata tuhan. Parahnya lagi, ia juga berhasil mengambil EMT yang akan digunakan untuk misi pembajakan kapal selam Rusia. Tak cuma sampai di situ. Chiper juga memerintahkan Dom untuk mencuri kode nuklir untuk menjalankan misinya.

Kejar-kejaran terjad ketika Letty dan timnya mencoba menghentikan Dom. Namun semua itu sia-sia saja. Dom terlalu kuat dengan Chiper di belakangnya. Letty semakin geram melihat perbuatan Dom. Bahkan ketika mereka berhadapan Dom tak menunjukkan sedikit pun rasa kasihan terhadap istrinya.

"Satu hal yang aku tahu," ucap Letty ketika berhadapan dengan Dom, "Kau mencintaiku." 

Ikatan emosionalnya terasa sekali. Namun tetap saja hal tersebut tidak merubah pendirian Dom. Apalagi karena ancaman-ancaman Chiper untuk membunuh Elena dan anknya. Hal tersebut membuat Dom tidak punya pilihan, apalagi untuk menolak perintah Chiper. Dan akhirnya ia berhasil mengambil kode peluncuran nuklir tersebut.

Letty bersama timnya tidak menyerah untuk menghentikan misi Chiper. Setelah berhasil menembus pertahanan di garis depan, Megan dengan kemampuan programingnya mencoba mencegah pembajakan kapal selam tersebut. Pertarungan melalui program komputer yang rumit pada akhirnya dimenangkan oleh Chiper. Beruntungnya Tej dan dua kawan timnya telah berhasil mengambil kepingan peluncuran nuklir di dalam kapal selam.

Dom merasa muak dengan segala bentuk perintah dan intimidasi Chiper. Ia moncoba melawan dan berhasil membunuh Rhodes. Kembalilah ia ke dalam timnya. Dan hal tersebut disambut dengan gembira oleh teman-teman timnya, terlebih lagi oleh Letty. 

Dom bersama timnya mencoba untuk mencegah kapal selam tersebut mencapai laut lepas. Namun tiba-tiba kapal selam tersebut muncul ke permukaan seperti paus besar yang hendak melompat ke udara. Hal tersebut membuat permukaan es pecah. Adu kecepatan pun terjadi.

Tidak hanya itu. Melihat Dom yang pada akhirnya kembali berpihak pada timnya membuat Chiber geram. Ia pun mencoba membunuh Dom dengan menggunakan senjata pendeteksi panas tubuh. Namun kekompakan tim tersebut berhasil menyelamatkan Dom.

Di sisi bagian lain, setelah kematian Elena beberapa waktu lalu, rupanya Dom tak kehabisan akal. Ia telah meminta pertolongan kepada ibunya untuk menyelamatkan putranya yang masih di sandera oleh Chiper. Ibunya mengirimkan Shaw bersama salah satu kawannya untuk menyusup ke dalam pesawat dan menyelamatkan putra Dom.

Pertarungan seru dan sedikit menggelitik terjadi di sini. Namun sangat disayangkan, ketika Shaw telah berhadapan dengan Chiper, dan hampir saja menghabisi wanita tersebut, Chiper berhasil kabur dari pesawat.

Terlepas dari kaburnya Chiber, Shaw bersama kawannya telah berhasil menyelamatkan putra Dom yang kini menjadi bagian keluarga besar mereka.

Terus terang, film ini memang sangat bagus. Dan menurut saya pribadi memang lebih bagus dari beberapa seri sebelumnya. Walaupun tidak ada balapan yang benar-benar adalah balapan untuk mencapai garis finis, tapi tetap saja ada adu kecepatan dengan segala kerumitan masalah yang ada. Seru sekali.

Walaupun dulu sempat terdengar kabar kalau seri ke tujuh Fast And Furious adalah seri terakhir, ternyata masih muncul seri berikutnya. Dan bisa ditebak kalau setahun atau dua tahun lagi akan muncul seri ke sembilan. Pastinya dengan tampilan para pemain yang semakin menua.

Entah film ini akan berakhir pada seri ke berapa. Tapi yang pasti setiap seri-seri mendatang akan menghadirkan cerita yang semakin rumit, seru dan menegangkan. 

0 comments:

Silakan tinggalkan komentar. Boleh kritik, saran atau apapun.. Jangan lupa untuk selalu menggunakan kata-kata yang santun. Terima kasih.

Wisata Kebun Buah Mangunan

7:59 PM nmhana 2 Comments


 

Setelah sekian lama terkurung dalam rutinitas harian yang menjenuhkan, akhirnya datang juga kesempatan untuk bisa menghabiskan akhir pekan dengan keluar dari keramaian Kota Jogja yang ramainya hampir memadai Kota Jakarta. Walaupun masih temasuk dalam wilayah D. I. Yogyakarta, tapi tempat yang satu ini punya suasana yang berbanding terbalik dengan kota yang terkenal dengan gudegnya.

Dari tempat tinggal saya di daerah Jl. Raya Solo KM. 8, perjalanan dimulai pukul 05.30. Sebenarnya ini sudah agak kesiangan, mengingat untuk menikmati destinasi wisata yang satu ini kami harus beradu cepat dengan terbitnya matahari. Kenapa harus sepagi itu? Tentu saja. Karena daya tarik utama dari tempat yang akan kita kunjungi adalah kabutnya di pagi hari. Kalau cuacanya bagus, kita akan disuguhi pemandangan yang menakjubkan seperti negeri di atas awan.


Kebun Buah Mangunan

Terletak di daerah Imogiri, Kabupaten Bantul. Untuk sampai ke tempat yang satu itu, akses jalannya cukup mudah - dan mulus. Hampir semua jalan yang dilalui sudah diaspal halus. Jalannya menanjak dan berkelok-kelok, tapi tidak perlu khawatir, karena ruas jalannya lumayan luas, dan volume kendaraan yang lewat tidak terlalu padat. Tapi saya belum bisa membayangkan kalau mengunjungi Kebun Buah Mangunan saat libur panjang. Katanya jalanan akan sangat ramai, macet, rawan kecelakaan dan kurang nyaman juga. Jadi beruntung sekali karena saya datang di saat libur panjang telah usai.

Sekitar satu jam lebih melewati jalanan yang lengang di pagi hari, akhirnya kami tiba di lokasi. Untuk HTMnya sangat terjangkau. Hanya Rp. 6.000,- sudah termasuk biaya parkir kendaraan. Tapi dari pintu masuk tenyata kami harus melewati jalan kecil menanjak untuk sampai di puncak. Dan ngomong-ngomong ada hal aneh yang terlintas dalam pikiran saya, "Mana kebun buahnya?"

Sepanjang jalan saya memang tidak melihat kebun buah. Yang ada hanyalah beberapa tanaman buah seperti jambu, mete dan beberapa buah yang sama sekali belum berbuah. Sedikit bingung sebenarnya. Tapi ya sudahlah. Kita abaikan saja hal yang satu itu. Sekarang, let's enjoy the view.


Ternyata suasana di puncak sudah ramai. Kira-kira jam berapa mereka berangkat dari rumah? Mungkin beberapa menit lebih pagi dari waktu saya berangkat tadi. 


Dari puncak nampak jelas lereng bukit yang diselimuti kabut putih. Matahari belum begitu nampak, hanya samar-samar cahayanya di balik awan. Suasanya dingin, angin bertiup cukup kencang. Tapi garis tegas dari sinar matahari yang menembus celah-celah awan menandakan hari ini akan cerah. Tak mau melewatkan kesempatan, langsung saya abadikan pemandangan indah yang terhampar di depan mata.


Saya mencoba untuk mengambil foto di spot yang dapat memperlihatkan kabut putih di atas lereng berwarna hijau. Tapi cukup sulit juga karena banyaknya pengunjung. Well, tidak heran kalau tempat tersebut dikerumini oleh orang-orang yang juga ingin mengabadikan pemandangan indah tersebut. Karena pemandangannya memang sangat menakjubkan. Jadi, bersabarlah untuk mengantre sedikit lebih lama.


Selain menyuguhkan pemandangan yang indah, di Kebun Buah Mangunan ini kita bisa menemukan berbagai makanan yang harganya cukup tejangkau. Cukup dengan uang Rp. 5.000 sampai Rp. 10.000 kita sudah bisa mencicipi menu sarapan seperti soto, nasi pecel, nasi goreng dan beberapa menu lainnya. Kalau yang sudah sarapan, mungkin bisa sekedar jajan cilok, bakso bakar atau sosis bakar. Dan semuanya terasa enak. 


Begitu hari agak siang, sekitar pukul 07.00 suasana makin ramai. Karena pesona kabut yang mulai hilang, kami pun memutuskan untuk beranjak. Beralih pada destinasi berikutnya, Hutan Pinus Imogiri.

2 comments:

Silakan tinggalkan komentar. Boleh kritik, saran atau apapun.. Jangan lupa untuk selalu menggunakan kata-kata yang santun. Terima kasih.