Emansipasi Wanita dan Kemandirian

1:23 PM nmhana 0 Comments

Hasil gambar untuk kartini

Walaupun (sangat) terlambat, tapi saya pribadi ingin mengucapkan selamat hari kartini untuk para kartini Indonesia. Para kartini masa kini, wanita-wanita luar biasa yang masih terus berperan aktif menjadi bagian dalam pembangunan negeri. 

Kalau saya masih duduk di bangku sekolah, pasti hari Jum'at (21/4) lalu akan menjadi perayaan yang meriah dengan para siswi berseragam kebaya. Ditambah dengan lomba-lomba seperti paduan suara, menulis surat, puisi atau berpidato. Rasanya rindu juga dengan masa-masa itu.

Sosok Kartini kita kenal sebagai seorang pahlawan wanita yang memperjuangkan hak-hak para wanita. Kita ketahui bersama, dari kisah-kisah sejarah masa lampau, bahwa dulu wanita tak berhak memperoleh pendidikan sebagaimana kaum laki-laki. Hal tersebut menggerakkan hati Kartini muda. Baginya, wanita juga berhak menentukan arah kehidupannya. Memperoleh pendidkan. Karena keberadaan sosok wanita bukanlah hanya untuk diperistri dan mengurus rumah tangga.

Beberapa orang menyebut bahwa emansipasi itu adalah kesetaraan. Ya, memang demikian. Emansipasi wanita adalah penyamaan derajat antara pria dan wanita. Wanita berhak memperoleh hak-hak sebagaimana para pria. Namun emansipasi tak berarti bahwa perempuan harus mampu melakukan semua tugas laki-laki. 

Memang ada banyak wanita yang kini telah mampu melakukan tugas-tugas yang wajarnya dikerjakan oleh laki-laki. Seperti polisi, pilot, sopir bus, drummer, binaragawati, tukang ojek, bahkan kuli panggul. Hal tersebut tak berarti bahwa wanita harus mampu mengerjakan semua hal. Karena inti dari emansipasi (menurut saya pribadi) adalah bahwa seorang wanita harus mampu mandiri. Mandiri dalam berpikir, dalam menghidupi penghidupan dan dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya.

Tapi ingat. Mandiri bukan berarti tidak membutuhkan orang lain. Mandiri itu berarti tidak selalu bergantung pada orang lain, dan tidak melepas tanggungjawab.

Menanamkan sikap bertanggungjawab akan menumbuhkan sikap mandiri. Melatih diri untuk mampu menyelesaikan permasalahan. Itulah alasan mengapa pendidikan menjadi hal yang penting. Agar setiap wanita mampu berperan dan berkontribusi untuk membangun negeri.

Walaupun peran wanita dalam membangun negeri tak selalu dengan menyumbangkan pemikiran-pemikiran brilian, tapi setidaknya dengan ilmu yang cukup para kaum wanita akan mampu mencetak generasi penopang kemajuan bangsa.

Dalam agama sendiri dikatakan bahwa wanita adalah sosok yang istimewa dan dijunjung tinggi derajatnya. Walaupun kadang kita sering salah dalam mengartikan sesuatu yang sudah terlanjur membudaya. Bahwa ketika seorang pria telah menikahi wanita, maka pria tersebut bertanggungjawab terhadap tiga hal. Yaitu sandang, papan dan pangan. Semua itu kadang diartikan terbalik.

Kata seorang ustad, dalam tausiyahnya, beliau menyampaikan bahwa ketika seorang suami bertanggung jawab terhadap sandang, papan dan pangan itu berarti seorang suami seharusnya mampu menyiapkan sandang (pakaian) dalam artian mencuci, menjemur, menyetrika, sampai pakaian siap dikenakan. Menyediakan tempat tinggal dan bertanggungjawab terhadap kebersihannya. Menyiapkan makanan, berbelanja memasak sampai masakan siap disantap. Itu semestinya. Dan kehadiran sosok wanita (istri) sebagai pendampingnya bukanlah sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus mengurus ini itu. Kehadiran seorang wanita pendampingnya adalah untuk membantu, meringankan tugas-tugas yang seharusnya menjadi tanggungjawab sanga suami. 

Itu dia mengapa emansipasi wanita menjadi hal yang penting. Karena dengan adanya emansipasi, wanita akan mampu menjadi sosok yang mandiri. Mampu melaksanakan tanggungjawab, mampu meringankan beban orang lain, dan mampu menjadi titik awal lahirnya generasi berprestasi.

0 comments:

Silakan tinggalkan komentar. Boleh kritik, saran atau apapun.. Jangan lupa untuk selalu menggunakan kata-kata yang santun. Terima kasih.